Press Release Seri Mimbar Akademik Ke-4 Hutan Miskin, Rakyat Migrasi: Ironi Kawasan Hutan

bagikan :

“Migrasi merupakan strategi masyarakat di sekitar perkebunan (termasuk hutan tanaman) untuk bertahan hidup. Rakyat akan pergi ke daerah industri yang memberikan pendapatan. Oleh karena itu, pekerjaan, gaji, rumah, dan faktor untuk bertahan hidup lainnya merupakan penyebab migrasi” Pungkas Nancy dan Suraya dalam penelitiannya mengenai plantation migration nexus.

Hal itu disampaikan dalam agenda serimba yang dilaksanakan pada Selasa, 13 Agustus 2024 bertempat di Ruang Sidang Sylva, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University. Seri Mimbar Akademik ke-4 hadir untuk mengajak kembali seluruh civitas academica khususnya di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB untuk saling bertukar pikiran dan mendiskusikan kondisi riil pengelolaan hutan di Indonesia. Agenda ini menghadirkan narasumber yaitu Prof. Nancy Lee Peluso (UC Barkeley) dan Suraya A. Afiff, Ph.D (Universitas Indonesia) dengan  penanggap oleh Prof. Bramasto Nugroho (IPB University), Prof. Sudarsono Soedomo (IPB University) dan Drs. Noer Fauzi Rachman, Ph.D (Universitas Padjajaran). Kegiatan ini dipandu oleh Adi D. Bahri (FORCI Associate) sebagai moderator.

Nancy L. Peluso dan Suraya Afiff memparkan hasil sementara riset mereka yang berada di Pulau Jawa dan Sumatera. Nancy mengungkapkan hasil riset yang ia lakukan di Magersari yang terletak di sekitar Gunung Wilis, Kabupaten Temanggung. Masyarakat Magersari membangun rumah dan mengembangkan ternak di kawasan hutan negara dengan modal dari hasil migrasi (remitansi) akibat tidak tercukupinya kebutuhan mereka dari pekerjaan di hutan (penyadap pinus). Hal tersebut merupakan pernyataan politik dan bentuk perubahan agraria yang nyata. Disebut pernyataan politik dikarenakan masyarakat tidak mempunyai status legal didalam area tersebut, tetapi yakin mereka tidak akan diusir. Disisi lain, adanya remitansi mendorong masyarakat berinvestasi kepada peternakan sapi, sehingga mengubah lantai hutan untuk ditanami rumput sebagai pakan sapi. Senada dengan pernyataan tersebut, Suraya menekankan bahwa fenomena migrasi didorong akibat kurangnya lapangan pekerjaan di sekitar tempat tinggal. Hal tersebut, seharusnya merupakan tanggung jawab negara untuk menghadirkan lapangan pekerjaan, sehingga rakyat tidak perlu melakukan migrasi.

Setelah penyampaian dari masing-masing narasumber selesai dilaksanakan, penjelasan-penjelasan tersebut kemudian ditanggapi oleh penanggap. Noer Fauzi Rachman menanggapi dan menyoroti metode kerja etnografi di lapangan yang digunakan oleh kedua narasumber. Metode tersebut menghasilkan istilah penting yang bersifat konkret dan khusus, sehingga menambah literasi terhadap kondisi nyata di lapangan. Bramasto Nugroho menanggapi bahwa “Penelitian yang dilakukan Nancy perlu dikaitkan dengan kebijakan yang saat ini sedang berlaku. Misalnya dalam melihat kebijakan perhutanan sosial, bagaimana kaitannya fenomena migrasi dengan kebijakan tersebut sehingga dapat menjadi evaluasi”. Disisi lain, Sudarsono Soedomo juga memberikan keterangan terkait fenomena yang dipotret oleh narasumber. Sudarsono menyampaikan “Memang benar hutan bahkan kebun sudah tidak mampu memberikan penghidupan bagi masyarakat. Untuk kasus di hutan, biasanya masyarakat masih bertahan sebagai pekerja karena ingin mempertahankan lahan garapan yang mereka kelola, bukan karena pekerjaannya.”

Setelah selesai sesi tanggapan, peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan atau pernyataan terkait topik diskusi. Salah satunya disampaikan oleh Bahruni (Dosen Departemen Manajemen Hutan IPB) “Dari gambaran terkait migrasi, remitansi, dan perubahan demografi tadi apakah dapat dilihat dorongan perubahan penggunaan lahan di area tersebut? dengan adanya akumulasi kapitas apakah akan mendorong perubahan penggunaan lahan”. Pertanyaan tersebut ditanggapi oleh kedua narasumber bahwa perubahan fenomena tersebut belum bisa digeneralisir, tetapi untuk studi kasus di lokasi penelitian, perubahan demografi dapat mendorong perubahan penggunaan lahan akibat kebutuhan. Namun, kondisi tersebut terjadi dikarenakan tidak ada opsi yang disediakan oleh negara, sehingga masyarakat hanya mempunyai opsi tersebut untuk memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, selama ada opsi yang dapat memberikan pendapatan lebih tinggi maka masyarakat akan memilih itu.

Selain pertanyaan diatas, terdapat berbagai tanggapan yang dilontarkan oleh peserta. Hal itu menunjukkan antusiasme peserta dalam diskusi yang dihadiri oleh dosen, mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum lainnya. Suasana tersebut merupakan tujuan diadakannya Serimba, sehingga kedepan dapat menghasilkan inovasi yang menjadi solusi atas persoalan-persoalan yang diperbincangkan dalam agenda tersebut.

POSTINGAN TERPopuler

FORCI

Center for Forestry Organizational Capacity and Institutional Studies